Pedagang Thrift Pasar Senen Bertahan Lewat Live TikTok dan Jastip

Larangan impor pakaian bekas membuat pedagang thrift Pasar Senen harus mencari cara baru agar tetap bertahan. Di tengah ketatnya regulasi, mereka beradaptasi dengan memanfaatkan live streaming TikTok dan sistem jasa titip (jastip)untuk menjangkau pembeli dari berbagai daerah.

Di kios-kios sempit yang dipenuhi tumpukan pakaian bekas impor, kini berdiri tripod dan ponsel yang menyiarkan siaran langsung. Suara penjual memecah riuh pasar, menawarkan jaket, kemeja, dan celana dengan harga miring. Melalui layar ponsel sederhana, cara berdagang berubah tanpa menghilangkan nuansa khas Pasar Senen.

Sebagian besar pedagang belum sepenuhnya beralih ke e-commerce seperti Shopee atau TikTok Shop. Produk thrift memiliki karakter berbeda dari pakaian baru. Setiap potong hanya satu, kondisinya beragam, dan pembeli biasanya ingin melihat serta meraba langsung sebelum memutuskan untuk membeli.

Dari Kios ke Layar Ponsel

Namun keterbatasan itu tidak menghentikan langkah mereka. Beberapa pedagang bekerja sama dengan pelanggan atau reseller yang melakukan live TikTok langsung dari kios. Calon pembeli bisa melihat detail bahan, merek, dan kondisi pakaian secara real-time tanpa harus datang ke Jakarta.

“Kalau jual online sih belum bisa, karena pembeli lebih suka datang langsung ke toko. Jadi paling kalau ada reseller, mereka ngelive TikTok di sini atau jastip aja,” ujar salah satu pedagang di Pasar Senen Raya, pada Senin (21/10).

Model jualan ini berkembang menjadi sistem jastip. Pembeli dari luar kota biasanya memesan lewat DM atau kolom komentar saat siaran langsung. Reseller kemudian membelikan dan mengirimkan barang tersebut dengan tambahan biaya jasa.

“Lumayan sih, kalau beli sekodi dapat potongan. Jadi kalau dijual lagi, saya bisa untung,” kata seorang pembeli thrift yang juga menjadi reseller.

Menjalani Hari di Tengah Regulasi

Sistem ini memberi napas baru bagi pedagang kecil yang terdampak kebijakan larangan impor. Sejak aturan diperketat, pasokan barang menurun dan beberapa kios terpaksa tutup. Pengunjung yang dulu membludak kini lebih sepi di hari-hari biasa, dan pasar baru ramai saat akhir pekan ketika para pemburu fashion murah datang mencari “harta karun”.

Aktivitas jual beli lewat TikTok dan jastip kini menjadi cara baru para pedagang thrift Pasar Senen bertahan di tengah tekanan regulasi. Adaptasi ini tumbuh dari kebutuhan dan memperlihatkan bagaimana pedagang kecil terus mencari ruang di tengah perubahan zaman.

Di antara tumpukan pakaian bekas dan layar ponsel yang terus menyala, mereka membangun cara baru untuk tetap hidup. Praktik ini tidak hanya menjaga usaha agar bertahan, tetapi juga memperpanjang usia pakaian yang mungkin berakhir di tempat sampah.

Di lorong-lorong sempit Pasar Senen, semangat berdagang, saling bantu, dan berinovasi terus berdenyut, menjadi bukti bahwa ketahanan ekonomi rakyat selalu menemukan jalannya sendiri.

Leave a comment