Di tengah maraknya tren hijrah dan meningkatnya minat terhadap fashion muslimah di era modern, penjualan gamis kian meredup.
Busana yang dulu identik dengan kesalehan dan kesopanan itu kini mulai tergeser oleh pakaian kasual bernuansa Islami. Pergeseran ini mencerminkan perubahan gaya hidup dan budaya berpakaian di kalangan muslimah muda.
Fenomena tersebut dirasakan langsung oleh Arsila, 48 tahun, pedagang busana muslimah di kawasan Pasar Senen Jaya, Jakarta Pusat. Selama dua tahun terakhir, ia melihat pembeli lebih banyak memburu busana kasual seperti kerudung segi empat, ciput, dan pakaian harian muslimah ketimbang gamis panjang.
“Anak muda sekarang lebih sering beli baju santai, bukan gamis. Kalau yang beli gamis biasanya ibu-ibu,” ujar Arsila.
Menurutnya, penjualan kini tidak menentu. Namun, jilbab dan busana ringan justru menjadi produk yang paling laku. Gamis hanya ramai dibeli saat momen-momen tertentu seperti Ramadan, Lebaran, atau acara keagamaan.
“Kalau anak muda datang, mereka jarang beli gamis. Paling lihat-lihat model baju kekinian atau jilbab yang simple,” kata Arsila.
Perubahan selera ini tak lepas dari pengaruh media sosial dan tren fashion muslim yang kian dinamis. Busana muslimah kini tidak semata simbol religiusitas, tetapi juga sarana ekspresi diri.
“Banyak anak muda pengin tetap kelihatan syar’i, tapi juga modis dan ringan dipakai. Jadi mereka pilih pakaian yang bisa fleksibel,” ujarnya menambahkan.
Meski penjualan gamis menurun, Arsila optimistis gaya berpakaian muslimah akan terus beradaptasi tanpa meninggalkan nilai-nilai Islam.
“Namanya tren pasti berubah. Yang penting tetap jaga aurat dan sopan. Mau modelnya modern atau klasik, yang penting niatnya baik,” tutur Arsila menutup perbincangan.
